Mengejar gelar hafidz
Oleh : Mabin Langitan
Pada: 27/10/2019
Mengejar gelar hafidz

Kesalahan pertama yang paling fatal bagi seorang penghafal al Qur’an adalah terkait niat dan ke ikhlasan. Jika niatnya dalam menghafal alQur’an salah serta keikhlasannya benar-benar tidak ada, sebesar dan sebanyak apapun keutamaan menghafal al Qur’an menjadi sesuatu yang tak bernilai baginya di akhirat. Salah satu bentuk ketidak ikhlasan seorang penghafal al Qur’an adalah ia hanya mengharap pujian dari orang lain, berharap orang lain menghormati dan menyanjungnya, atau menyebut-nyebut dengan gelar hafidz al Qur’an.

Hal yang pertama yang harus diperhatikan oleh seseorang sebelum menghafal al-Qir’an adalah mengikhlaskan niatnya semata-ata karena Allah Swt. Al Qurthubi (w. 671 H) di dalam tafsirnya Al Jami’ li Akam Al Qur’an menyatakan, yang artinya:

“Hal pertama yang harus diperhatikan oleh shahibul Qur’an adalah mengikhlaskan niat dalam mempelajari Al-Qur’an, yaitu samata-mata karena Allah ‘Azza wa Jalla, sebagaimana telah kami sebutkan. Dan hendaknya ia mencurahkan jiwanya untuk membaca dalam sholat maupun di luar sholat, agar ia tidak lupa”.

Jika kita menghafal al-Qur’an karena ingin dipuji-puji oleh manusia, sebenarnya kita sedang beramal dengan amalan yang besar tetapi tidak memiliki pahala apa-apa dihadapan Allah swt. bahkan, hal itu membuat kita berdosa serta terancam siksa-Nya. Imam An Nawawi (w. 676 H.)- di dalam al Minhaj syarh Shahih Muslim Ibnu Al-Hajjaj menyatakan “Amalan seseorang yang hanya menginginkan pujian dari yang lain adalah amalan yang batil, tidak berpahala bahkan akan mendapatkan dosa”.

Sekalipun menghafal al-Qur’an adalah amalan yang mampu mengantarkan seseorang menuju surga-Nya, tapi jika tidak dibarengi dengan keikhlasakan niat semata-mata karena mengharap ridha Allah Swt., jangankan ia dapat masuk kedalam surga, bahkan mencium baunya saja tidak mampu.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Rasulullah bersabda Saw.pernah bersabda “Siapa menuntut yang semestinya ditujukan untuk mengharap keridhaan Allah, tetapi ia memperlajarinya hanya untuk meraih tujuan duniawi, maka ia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat” (Hr Abu Dawud no.3179)

Seseorang bisa-bisa saja merasa sudah ikhlas dalam menghafal Al-Qur’an. Namun, jika didalam hatinya masih ada harapan untuk dipuji-puji, atau masih tersimpan keinginan untuk dihormati karena Al-Qur’an yang sudah dihafalanya, sebenarnya keikhlasan tersebut terlah tersingkirkan oleh harapan dan keinginannya. Ibnal al-Qoyyuim al-Jauziyyah (w. 751 H) di dalam al Fawaid mengatakan “Iklas di dalam hati seseorang tidak mungkin menyatu dengan harapan akan pujian, sanjungan, dan keinginan terhadap apa yang dimiliki manusia, melainkan seperti air dengan api  yang tidak menyatu.”

Adapun seorang penghafal al-Qur’an, baik mengharapkan pujian dari orang lain maupun tidak, sebenarnya, pujian itu memang pantas didapatkan. Betapa tidak, amalan menghafal al-Qur’an adalah amalan yang istimewa, dan setiap mukmin pasti mengingingkannya. Namun, jika tujuannya hanya untuk mendapatkan pujian dari manusia, ia hanya akan mendapakan pujian tersebut tanpa pahala dari Allah Swt.  berbeda jika tujuannya ikhlas, hanya karena Allah, selain berhak mendapatkan pujian dari makhluk-Nya, ia juga akan mendapatkan pujian sekaligus pahala kebaikan yang berlimpah dari Rabbnya.

Kita harus menjaga hati ketika banyka orang lain memuji karena amalan yang kita lakukan. Ibn ‘Ajibah (w. 1224 H.)- di dalam Iqazl al-Himam fi Syarh al-Hikam mengatakan, “Janganlah engkau tertipu dengan pujian orang lain yang menghampirimu. Sesungguhnya mereka yang memujimu tidaklah mengetahui dirimu kecuali yang nampak, sementara engkau sendiri yang mengetahui isi hatimu. Ada Ulama yang mengatakan “Siapa yang begitu senang dengan pujian manusia, maka setan akan merasuk kedalam hatinya”.

Artikel Terkait

TASHIHUL QIRO’AH

TASHIHUL QIRO’AH

PELAJARAN KE-IV TASHIHUL QIRO’AH Hamzah ((أ Hamzah keluarnya dari tenggorokan yang paling dalam. Sifatnya jahr (nafas ditahan), syiddah (suara tertahan), istifal (lidah dibawah), infitah (terbuka antara lidah dan langit-langit atas), ishmat (alot/ lamban), mutawasith...

Mantan Hafidz, Kok Bisa?

Mantan Hafidz, Kok Bisa?

Mantan Hafizh, kok bisa? Ini adalh sebuah pertanyaan dari penulis yang harus anda jawan sebelum membaca buku ini. Jawabanya cukup Anda sampaikan di benak saja. Atau, jika memang perlu, silahkan ucapkan liwat bibir, tanpa perluh berpikir siapa yang akan mendengar dan...

Sifat-sifat Huruf

Sifat-sifat Huruf

PELAJARAN Ke-III SIFAT-SIFAT HURUF Sifat menurut bahasa ialah sesuatu yang menempati pada sesuatu yang dapat memberi makna seperti: Putih, hitam, dan sesuatu yang menyerupainya. Sedangkan menurut istilah ialah sesuatu yang timbul pada saat keluarnya huruf dari...

Pengertian Tajwid

Pengertian Tajwid

Tajwid menurut bahasa merupakan bentuk masdar dari fi’il Madli Jawwada yang berarti membaguskan, menyempurnakan, memantapkan. Menurut istilah Ilmu tajwid ialah ilmu yang berguna untuk mengetahui bagaimana cara memenuhkan atau memberikan hak huruf dan mustahaqnya. Baik...

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share This